Senin, 04 Juli 2016

Belajar & Pembelajaran






A.    Strategi  belajar mengajar sejarah berhubungan dengan gaya-gaya belajar.
Menurut Messick, gaya-gaya merupakan keteraturan diri yang konsisten yang membentuk aktivitas-aktivitas manusia. Gaya-gaya berbeda dengan kemampuan karena konsep kemampuan pada dasarnya dikaitkan dengan apa dan berapa seseorang bisa melakukan sedangkan konsep gaya berkaitan dengan pertanyaan bagaimana aktivitas-aktivitas yang ditunjukkan. Perbedaan ini bertambah jelas di dalam pengukurannya: kemampuan diukur dengan maximal performance test sedangkan gaya-gaya diukur dengan typical performance test. Lebih lanjut Furham menyatakan gaya-gaya belajar merupakan kasus khusus dari gaya-gaya kognitif walaupun perbedaan di antara keduanya tidak begitu jelas.
Dalam hal ini, Messick juga menegaskan gaya kognitif adalah sikap-sikap, preferensi-preferensi yang stabil, atau strategi-strategi yang menentukan penerimaan, proses mengingat, proses berpikir, dan memecahkan masalah. Dengan demikian gaya-gaya kognitif memfokuskan pada organisasi dan kontrol proses-proses kognitif secara keseluruhan sedangkan gaya-gaya belajar memfokuskan pada organisasi dan kontrol strategi-strategi belajar dan pemerolehan pengetahuan. Pintrich melihat gaya-gaya belajar sebagai proses memilih, mengorganisasikan, dan mengontrol strategi-strategi belajar.
Strategi-strategi belajar ini meliputi strategi-strategi kognitif dalam menghafalkan, mengelaborasi, mengorganisasikan, dan mengingat materi pembelajaran; strategi-strategi metakognitif dengan latar tujuan, pemantauan, dan pengaturan diri; dan sumber daya manajemen strategi-strategi yang terdiri atas waktu belajar, lingkungan belajar dan sebagainya (www-dsz.service.rug.nl, tanpa tahun:1). West, Farmer, dan Wolf (dalam Hsiao, 1997:2) menyatakan secara umum, strategi-strategi belajar meliputi strategi-strategi kognitif dan strategi-strategi metakognitif. Mereka mengidentifikasi dan mengkategorikan strategi-strategi kognitif berdasarkan fungsi-fungsi khusus yang dimilikinya selama pemrosesan informasi.
Strategi kognitif merupakan keterampilan intelektual khusus yang sangat penting di dalam belajar dan berpikir. Dalam teori belajar modern, strategi kognitif merupakan proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian belajar, mengingat, dan berpikir.
Weinstein dan Mayer (dalam Gagne, 1992:66-67) membagi strategi kognitif ini menjadi lima: strategi-strategi menghafal (rehearsal strategies), strategi-strategi elaborasi (elaboration strategies), strategi-strategi pengaturan (organizing strategies), strategi-strategi pengamatan pemahaman (comprehension monitoring strategies) atau biasanya disebut strategi-strategi metakognitif (metacognitive strategies), dan strategi-strategi afektif (affective strategies). Strategi-strategi metakognitif dijadikan variabel eksogenus dalam penelitian ini.
Menurut Wahl, berpikir metakognitif memastikan bahwa siswa akan mampu menyusun makna informasi. Agar hal ini tercapai, siswa harus mampu berpikir tentang proses berpikir yang dimilikinya, mengidentifikasi strategi-strategi belajar yang baik dan secara sadar mengarahkan bagaimana mereka belajar. O'Malley (dalam Ellis, 1999:2) melihat bahwa siswa tanpa pendekatan metakognitif pada dasarnya adalah siswa tanpa pengarahan dan kemampuan untuk memperhatikan kemajuan, ketercapaian, dan pengarahan pembelajaran di masa depan. Collins (dalam Yin dan Agnes, 2001:1) berhasil mengidentifikasi dua faktor yang mempengaruhi kontrol dan kesadaran selama membaca: pertama, ciri-ciri teks yang sedang dibaca, dan kedua, pengetahuan yang telah dimiliki berkaitan dengan teks itu. Walaupun masih ada perdebatan tentang bisa atau tidak bisa strategi-strategi metakognitif dilaporkan, beberapa ahli telah membuat kesepakatan bahwa strategi-strategi metakognitif tidak hanya bisa dikontrol tetapi dapat juga dilaporkan.
Dengan demikian tampaknya ada beberapa faktor yang mempunyai kedekatan hubungan dengan perkembangan struktur kognitif siswa. Faktor-faktor seperti kecerdasan (intelligence), struktur medan kognitif atau skema berpikir, kemampuan apersepsi, dan strategi kognitif, dapat diduga sebagai penentu perkembangan struktur kognitif siswa. Selanjutnya faktor-faktor ini akan dijadikan variabel penelitian sehingga secara keseluruhan, penelitian ini cenderung menggunakan pendekatan yang menekankan pada faktor-faktor personal dalam mencari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Biggs (1984:111) mengemukakan bahwa penelitian yang menekankan faktor-faktor personal beranggapan bahwa beberapa orang lebih baik daripada yang lainnya pada tugas-tugas akademik karena mereka mempunyai kemampuan yang lebih tinggi, memiliki latar belakang pengetahuan yang lebih relevan dan lebih luas, dan seterusnya.
     Macam – macam gaya gaya mengajar
1.      Gaya mengajar klasik
a)      masih memelihara dan menyampaikan nilai-nilai lama baik dari masa lampau ke generasi berikutnya.
b)      materi mengajar terdiri atas sejumlah informasi yang paling aktual dan dipilih dari dunia yang paling diketahui peserta didik.
c)      proses penyampaian materi pelajaran tidak didasarkan atas minat anak melainkan pada urutan tertentu
d)     peran guru sangat dominan dalam menyampaikan bahan pelajaran dan peserta didik menerimanya
e)      proses pengajaran pasif sebab peserta didik merupakan subjek yang diberi pelajaran
2.      Gaya mengajar teknologis
a)      materi pembelajaran disesuaikan dengan tinkat perkembangan peserta didik.
b)      materi pembelajran berhubungan dengan pembentukan kompetensi vokasionis peserta didik.
c)      penggunaan multi media merupakan aspek penting dalm proses pembelajaran peserta didik
d)     meteri pembelajaran merupakan aspek yang paling berarti bagi kehidupan peserta didik
e)      guru berperan sebagai fasilitator dalam prosses pembelajaran peserta didik.
3.      gaya mengajar personalisasi
a)      proses pembelajaran dilakukan berdasarkan atas minat, pengalaman, dan pola perkembangan mental pesrta didik.
b)      pembelajran berpusat pada peserta didik  mengingat peserta didik dipandang sebagai pribadiyang memiliki potensi untuk dikembangkan dan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
c)      Guru berperanan sebagai fasilittator dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik mengingat guru sebagai pribadi profesional yang menguasai keahlian dalam psikologi dan metodologi.
4.      gaya mengajar interaksional
a)      Guru dan peserta didik sebagai mitra pelaksanaan pembelajaran dimana keduanya sama-sama dominan.
b)      Guru dan peserta didik beruaha memodifikasi materi pembelajaran dalam rangka mencari bentuk baru secara rdikal sebagai wujud adanya proses trnsformasi.
c)       guru menciptakan iklim saling kebergantungan dalam prosess pembelajaran sehingga dapat memfasilitasi terjadinya diaolog interaktif antar peserta didik dalam upaya menciptakan gagasan – gagasan baru penuh arti bagi kehidupan.
d)     materi pembelajaran lebih difokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan aspek kultural kontenporer sebagai wujud adanya proses inovasi.
           
B.  STRATEGI MENGAJAR  SEJARAH BERDASARKAN TEKNIK PENYAJIAN
1.Tenknik mengajar dengan menggunakan Media pembelajaran.
Pengertian media
Kata media berasal dari bahasa latin medium yangsecara harafiah berati tengah,pengantara atau pengantar”. atau dengan kata lain pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan.
             Gearlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila di pahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketermpilan atu sikap.
             Atwi suparman (1997) mendefenisikan media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim ke penerima pesan.
Apabila dikaitkan dengan proses pembelajaran maka media dapat di defenisisikan sebagai suatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidikan dan peserta didik.
            Fungsi media
a)      untuk menarik perhatian siswa
b)      membantu mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran
c)      memperjelas penyajian pesan
d)     mengatasi keterbatasan ruang
e)      pembelajaran lebih komonikatif dan produktif
f)       waktu pembelajaran bisa dikondisikan
g)      menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar
h)      meningkatkna motivasi dan gairah belajar siswa
i)        melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam serta
j)        meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu guru perlu menentukan media secara terencana , sistematik dan sistemik (sesuai dengan sistem belajar mengajar)
            Macam-macam media.
a)      Media auditif. adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti hanya mengandalkan suara saja  seperti radio.
b)      Media  Visual media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. media ini ada yang menampilakan gambar atau simbol yang bergerak seperti foto, gambar atau lukisan ,cetakan .
c)       Media audio visual media yang menampilkan suar dan gambar diam.
     Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan media pembelajaran
Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat dan sesuai prinsip – prinsip pemilihan, perlu memperhatikan fektor-faktor lain yakni:
a)      Objektifias. artinya metode ini dipilih bukan atas kesenangan atau kebutuhan guru.
b)      program pengajaran. harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik menyangkut isi, struktur maupun kedalamanya
c)      sasaran progrm. seseua dengan tingkat perkembangan siswa, baik dari segi bahasa, simbol – simbol yang digunakan cara dan kecepatan penyajian maupun waktu.
d)     situasi dan kondisi. yakni situasi dan kondisi sekolah atau tempatdan ruangan yang akan digunakan, baik ukuran, perlengkapan maupun ventilasiny
            Kriteria pemilihan media pengajaran.
a)       topik yang dibahas menarik minat peserta didik
b)      materi yang terkandung berguna bagi peserta didik
c)      berbobot
2.      Tenknik mengajar dengan menggunakan pendekatan CTL.
            pendekatan pembelajaran CTL
merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang merka pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan mereka sehaei-hari yaitu kenteks lingkungannya ,sosialnya dan budayanya.
            Untuk mencapai tujuan tersebut sistem kontektual akan mengatur siswa belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara /merawat pribadi siswa. pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menrapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah – masalah riel yang berasosiasi dengan peranan dn tanggung jawab merka sebagai anggota keluarga , masyarakat, dan kelompok kerja siswa sendiri.
            Apa yang dimaksud dengan Konteks?
            ada sembilan konteks belajar yang yang melingkupi siswa yaitu:
a)      konteks tujuan . tujuan apa yang dicapai?
b)     konteks isi.  isi apa yang diajarkan ?
c)      Konteks Sumber . Sumber belajar bagaimana yang bisa dimanfaatkan
d)     konteks target siswa. siapa yang belajar?
e)      konteks guru. siapa yang mengajar
f)       knteks metode. metode apa yang cocok
g)      konteks hasil. bagaimana hasil pembeljran yang diukur
h)     Konteks kematangan.
i)        konteks lingkungan
            Dalam lingkungan yang bagaimana yang bagaimana siswa beljar?
Tujuan pembelajaran konteksual tidak hanyamenuntun siswa mengikuti pelajaran namun juga dapat menyadarkan siswa bahwa mereka memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk mempengaruhi  dan membentuk susunan konteks yang beragam mulai dari keluarga, ruang kelas ,  kelompok tempat kerja , komunitas , dan tetangga , dalam suatu tatanan ekosistem. Dengan demikian pembelajaran kontekstual menyuguhi siswa dengan dua pertanyaan penting yaitu (1) konteks apa saja yang dicari manusia secara tepat? (2) langkah – langkah kreatif apa harus saya ambil untuk membentuk dan memberikan makna pada konteks tersebut?.
agaimana karakteristik pembelajran kontekstual itu?
ada beberapa karakteristik pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
a)      melakukan hubungan siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang bekajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang dapat bekerja sendiri, atau bekerja dalam kelompok, orang yang belajar sambil berbuat.
b)     melakukan kegiatan –kegiatan yang signifikan.
siswa membuat hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata.
c)      Belajar yang diatur sendiri
siswa melkukan pekerjaan yang signifikan.
d)     Bekerja Sama
e)      bepikir kritis dan kreatif




            Macam – macam pendekatan yang digunakan dalam CTL
1.      problem-based learning
problem based learning yaitu pendekatan pembelajran yang menggunakan masalah nyata ssebagai suatu konteks sehingga peserta didik dapat belajar berpikir kritis dalam melakukan pemecahan masalah yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan atau konsep yang esensial dari bahan pelajaran
2.      authentic instruction
yaitu pendekatan pembelajaran yang memperkenankan peserta didik mempelajari konteks kebermaknaan melalui pengembangan keterampilan berpikir dan melakukan pemecahan masalah di dalam konteks kehidupan nyata
3.      Inquiry-based learning
yaitu pendekatan pembelajaran dengan mengikuti metologis sains dn memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna
4.      project-based learning
yaitu pendekatan pembelajaran yang memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri dalam mengkotstruksi pembelajarannya (pengetahuan dan keterampilan baru), dan mengkulminassikannya dalam produk nyata.
5.      Work-based learning
yaitu pendekatan pembelajaran yang memperkenakan peserta didik menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari bahan ajar dan menggunakannya kembali di tempat kerja
6.      Service learning
yaitu pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat  melalui tugas terstruktur dan kegiatan lainya

3.      Tenknik mengajar dengan menggunakan pendekatan linear
            Pendekatan linear
            pendekatan ini diurutkan mulai dari yang paling kompleks yaitu murid sebelum mempelajari tingkat B harus mempelajari tingkat A terlebih dahulu dan setelah mempelajari tingkatan B baru mempelajari tingkat C dan seterusnya.
4.      Tenknik mengajar dengan menggunakan pendekatan cumulative
pendekatan cumulative
dimana ilmu pengetahuan bukan merupakan serentetan tingkatan berseri.  Akan tetapi murid belajar dari sesuatu yang dari sesuatu yang scopenya lebih besar dengan tidak terlalu mementingkan tingkatan-tingkatan  seperti pada pada linear.
5.      pendekatan experiental
ditekankan pada kreatifitas siswa yang mempelajari musik, drama dan sbb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar