A. Strategi belajar mengajar sejarah berhubungan dengan gaya-gaya belajar.
Menurut Messick, gaya-gaya merupakan
keteraturan diri yang konsisten yang membentuk aktivitas-aktivitas manusia.
Gaya-gaya berbeda dengan kemampuan karena konsep kemampuan pada dasarnya
dikaitkan dengan apa dan berapa seseorang bisa melakukan sedangkan konsep gaya berkaitan dengan pertanyaan
bagaimana aktivitas-aktivitas yang ditunjukkan. Perbedaan ini bertambah jelas
di dalam pengukurannya: kemampuan diukur dengan maximal performance test
sedangkan gaya-gaya diukur dengan typical performance test. Lebih lanjut Furham
menyatakan gaya-gaya belajar merupakan kasus khusus dari gaya-gaya kognitif
walaupun perbedaan di antara keduanya tidak begitu jelas.
Dalam hal ini, Messick juga menegaskan
gaya kognitif adalah sikap-sikap, preferensi-preferensi yang stabil, atau
strategi-strategi yang menentukan penerimaan, proses mengingat, proses
berpikir, dan memecahkan masalah. Dengan demikian gaya-gaya kognitif
memfokuskan pada organisasi dan kontrol proses-proses kognitif secara
keseluruhan sedangkan gaya-gaya belajar memfokuskan pada organisasi dan kontrol
strategi-strategi belajar dan pemerolehan pengetahuan. Pintrich melihat
gaya-gaya belajar sebagai proses memilih, mengorganisasikan, dan mengontrol
strategi-strategi belajar.
Strategi-strategi belajar ini meliputi
strategi-strategi kognitif dalam menghafalkan, mengelaborasi,
mengorganisasikan, dan mengingat materi pembelajaran; strategi-strategi
metakognitif dengan latar tujuan, pemantauan, dan pengaturan diri; dan sumber
daya manajemen strategi-strategi yang terdiri atas waktu belajar, lingkungan
belajar dan sebagainya (www-dsz.service.rug.nl, tanpa tahun:1). West, Farmer,
dan Wolf (dalam Hsiao, 1997:2) menyatakan secara umum, strategi-strategi
belajar meliputi strategi-strategi kognitif dan strategi-strategi metakognitif.
Mereka mengidentifikasi dan mengkategorikan strategi-strategi kognitif
berdasarkan fungsi-fungsi khusus yang dimilikinya selama pemrosesan informasi.
Strategi kognitif merupakan keterampilan
intelektual khusus yang sangat penting di dalam belajar dan berpikir. Dalam
teori belajar modern, strategi kognitif merupakan proses kontrol, yaitu suatu
proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara
memberikan perhatian belajar, mengingat, dan berpikir.
Weinstein dan Mayer (dalam Gagne,
1992:66-67) membagi strategi kognitif ini menjadi lima: strategi-strategi
menghafal (rehearsal strategies), strategi-strategi elaborasi (elaboration
strategies), strategi-strategi pengaturan (organizing strategies),
strategi-strategi pengamatan pemahaman (comprehension monitoring strategies)
atau biasanya disebut strategi-strategi metakognitif (metacognitive
strategies), dan strategi-strategi afektif (affective strategies).
Strategi-strategi metakognitif dijadikan variabel eksogenus dalam penelitian
ini.
Menurut Wahl, berpikir metakognitif
memastikan bahwa siswa akan mampu menyusun makna informasi. Agar hal ini
tercapai, siswa harus mampu berpikir tentang proses berpikir yang dimilikinya,
mengidentifikasi strategi-strategi belajar yang baik dan secara sadar
mengarahkan bagaimana mereka belajar. O'Malley (dalam Ellis, 1999:2) melihat
bahwa siswa tanpa pendekatan metakognitif pada dasarnya adalah siswa tanpa
pengarahan dan kemampuan untuk memperhatikan kemajuan, ketercapaian, dan
pengarahan pembelajaran di masa depan. Collins (dalam Yin dan Agnes, 2001:1)
berhasil mengidentifikasi dua faktor yang mempengaruhi kontrol dan kesadaran
selama membaca: pertama, ciri-ciri teks yang sedang dibaca, dan kedua,
pengetahuan yang telah dimiliki berkaitan dengan teks itu. Walaupun masih ada
perdebatan tentang bisa atau tidak bisa strategi-strategi metakognitif
dilaporkan, beberapa ahli telah membuat kesepakatan bahwa strategi-strategi
metakognitif tidak hanya bisa dikontrol tetapi dapat juga dilaporkan.
Dengan demikian tampaknya ada beberapa
faktor yang mempunyai kedekatan hubungan dengan perkembangan struktur kognitif
siswa. Faktor-faktor seperti kecerdasan (intelligence), struktur medan kognitif
atau skema berpikir, kemampuan apersepsi, dan strategi kognitif, dapat diduga
sebagai penentu perkembangan struktur kognitif siswa. Selanjutnya faktor-faktor
ini akan dijadikan variabel penelitian sehingga secara keseluruhan, penelitian
ini cenderung menggunakan pendekatan yang menekankan pada faktor-faktor
personal dalam mencari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Biggs (1984:111) mengemukakan bahwa penelitian yang menekankan faktor-faktor
personal beranggapan bahwa beberapa orang lebih baik daripada yang lainnya pada
tugas-tugas akademik karena mereka mempunyai kemampuan yang lebih tinggi,
memiliki latar belakang pengetahuan yang lebih relevan dan lebih luas, dan
seterusnya.
Macam – macam gaya gaya mengajar
1.
Gaya
mengajar klasik
a)
masih
memelihara dan menyampaikan nilai-nilai lama baik dari masa lampau ke generasi
berikutnya.
b)
materi
mengajar terdiri atas sejumlah informasi yang paling aktual dan dipilih dari
dunia yang paling diketahui peserta didik.
c)
proses
penyampaian materi pelajaran tidak didasarkan atas minat anak melainkan pada
urutan tertentu
d)
peran
guru sangat dominan dalam menyampaikan bahan pelajaran dan peserta didik
menerimanya
e)
proses
pengajaran pasif sebab peserta didik merupakan subjek yang diberi pelajaran
2.
Gaya
mengajar teknologis
a)
materi
pembelajaran disesuaikan dengan tinkat perkembangan peserta didik.
b)
materi
pembelajran berhubungan dengan pembentukan kompetensi vokasionis peserta didik.
c)
penggunaan
multi media merupakan aspek penting dalm proses pembelajaran peserta didik
d)
meteri
pembelajaran merupakan aspek yang paling berarti bagi kehidupan peserta didik
e)
guru
berperan sebagai fasilitator dalam prosses pembelajaran peserta didik.
3.
gaya
mengajar personalisasi
a)
proses
pembelajaran dilakukan berdasarkan atas minat, pengalaman, dan pola
perkembangan mental pesrta didik.
b)
pembelajran
berpusat pada peserta didik mengingat
peserta didik dipandang sebagai pribadiyang memiliki potensi untuk dikembangkan
dan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
c)
Guru
berperanan sebagai fasilittator dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik
mengingat guru sebagai pribadi profesional yang menguasai keahlian dalam
psikologi dan metodologi.
4.
gaya
mengajar interaksional
a)
Guru
dan peserta didik sebagai mitra pelaksanaan pembelajaran dimana keduanya
sama-sama dominan.
b)
Guru
dan peserta didik beruaha memodifikasi materi pembelajaran dalam rangka mencari
bentuk baru secara rdikal sebagai wujud adanya proses trnsformasi.
c)
guru menciptakan iklim saling kebergantungan
dalam prosess pembelajaran sehingga dapat memfasilitasi terjadinya diaolog
interaktif antar peserta didik dalam upaya menciptakan gagasan – gagasan baru
penuh arti bagi kehidupan.
d)
materi
pembelajaran lebih difokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
aspek kultural kontenporer sebagai wujud adanya proses inovasi.
B.
STRATEGI MENGAJAR SEJARAH BERDASARKAN TEKNIK PENYAJIAN
1.Tenknik mengajar dengan menggunakan Media pembelajaran.
Pengertian media
Kata media berasal dari bahasa latin medium yangsecara harafiah berati
tengah,pengantara atau pengantar”. atau dengan kata lain pengantar pesan dari
pengirim pesan ke penerima pesan.
Gearlach dan Ely (1971) mengatakan
bahwa media apabila di pahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian
yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
ketermpilan atu sikap.
Atwi suparman (1997) mendefenisikan
media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari
pengirim ke penerima pesan.
Apabila dikaitkan dengan proses
pembelajaran maka media dapat di defenisisikan sebagai suatu yang dapat membawa
informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidikan
dan peserta didik.
Fungsi media
a) untuk menarik perhatian siswa
b) membantu mempercepat pemahaman dalam
proses pembelajaran
c) memperjelas penyajian pesan
d) mengatasi keterbatasan ruang
e) pembelajaran lebih komonikatif dan
produktif
f) waktu pembelajaran bisa dikondisikan
g) menghilangkan kebosanan siswa dalam
belajar
h) meningkatkna motivasi dan gairah belajar
siswa
i)
melayani
gaya belajar siswa yang beraneka ragam serta
j)
meningkatkan
kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu guru perlu menentukan
media secara terencana , sistematik dan sistemik (sesuai dengan sistem belajar mengajar)
Macam-macam media.
a) Media auditif. adalah media yang hanya
mengandalkan kemampuan suara saja seperti hanya mengandalkan suara saja seperti radio.
b) Media
Visual media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. media ini ada
yang menampilakan gambar atau simbol yang bergerak seperti foto, gambar atau
lukisan ,cetakan .
c) Media
audio visual media yang menampilkan suar dan gambar diam.
Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan media pembelajaran
Agar media pengajaran yang
dipilih itu tepat dan sesuai prinsip – prinsip pemilihan, perlu memperhatikan
fektor-faktor lain yakni:
a) Objektifias. artinya metode ini dipilih
bukan atas kesenangan atau kebutuhan guru.
b) program pengajaran. harus sesuai dengan
kurikulum yang berlaku, baik menyangkut isi, struktur maupun kedalamanya
c) sasaran progrm. seseua dengan tingkat
perkembangan siswa, baik dari segi bahasa, simbol – simbol yang digunakan cara
dan kecepatan penyajian maupun waktu.
d) situasi dan kondisi. yakni situasi dan
kondisi sekolah atau tempatdan ruangan yang akan digunakan, baik ukuran,
perlengkapan maupun ventilasiny
Kriteria pemilihan media pengajaran.
a) topik yang dibahas menarik minat peserta didik
b) materi yang terkandung berguna bagi
peserta didik
c) berbobot
2.
Tenknik mengajar dengan menggunakan pendekatan
CTL.
pendekatan
pembelajaran CTL
merupakan suatu proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang merka
pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan mereka sehaei-hari
yaitu kenteks lingkungannya ,sosialnya dan budayanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut sistem kontektual akan mengatur siswa
belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara /merawat
pribadi siswa. pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menrapkan dan
mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah – masalah riel yang
berasosiasi dengan peranan dn tanggung jawab merka sebagai anggota keluarga ,
masyarakat, dan kelompok kerja siswa sendiri.
Apa
yang dimaksud dengan Konteks?
ada
sembilan konteks belajar yang yang melingkupi siswa yaitu:
a)
konteks tujuan . tujuan apa yang dicapai?
b)
konteks isi. isi apa
yang diajarkan ?
c)
Konteks Sumber . Sumber belajar bagaimana yang bisa dimanfaatkan
d)
konteks target siswa. siapa yang belajar?
e)
konteks guru. siapa yang mengajar
f)
knteks metode. metode apa yang cocok
g)
konteks hasil. bagaimana hasil pembeljran yang diukur
h)
Konteks kematangan.
i)
konteks lingkungan
Dalam lingkungan yang bagaimana yang bagaimana siswa beljar?
Tujuan pembelajaran konteksual tidak
hanyamenuntun siswa mengikuti pelajaran namun juga dapat menyadarkan siswa
bahwa mereka memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk mempengaruhi dan membentuk susunan konteks yang beragam
mulai dari keluarga, ruang kelas , kelompok
tempat kerja , komunitas , dan tetangga , dalam suatu tatanan ekosistem. Dengan
demikian pembelajaran kontekstual menyuguhi siswa dengan dua pertanyaan penting
yaitu (1) konteks apa saja yang dicari manusia secara tepat? (2) langkah –
langkah kreatif apa harus saya ambil untuk membentuk dan memberikan makna pada
konteks tersebut?.
agaimana karakteristik pembelajran kontekstual
itu?
ada beberapa karakteristik pembelajaran
kontekstual sebagai berikut:
a) melakukan hubungan siswa
dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang bekajar secara aktif dalam
mengembangkan minatnya secara individual, orang dapat bekerja sendiri, atau
bekerja dalam kelompok, orang yang belajar sambil berbuat.
b) melakukan kegiatan –kegiatan yang signifikan.
siswa membuat hubungan antara sekolah dan berbagai
konteks yang ada dalam kehidupan nyata.
c) Belajar yang diatur sendiri
siswa melkukan pekerjaan yang signifikan.
d) Bekerja Sama
e) bepikir kritis dan kreatif
Macam – macam pendekatan
yang digunakan dalam CTL
1. problem-based learning
problem based learning yaitu
pendekatan pembelajran yang menggunakan masalah nyata ssebagai suatu konteks
sehingga peserta didik dapat belajar berpikir kritis dalam melakukan pemecahan
masalah yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan atau konsep yang esensial
dari bahan pelajaran
2. authentic instruction
yaitu pendekatan
pembelajaran yang memperkenankan peserta didik mempelajari konteks kebermaknaan
melalui pengembangan keterampilan berpikir dan melakukan pemecahan masalah di
dalam konteks kehidupan nyata
3. Inquiry-based learning
yaitu pendekatan
pembelajaran dengan mengikuti metologis sains dn memberi kesempatan untuk
pembelajaran bermakna
4. project-based learning
yaitu pendekatan
pembelajaran yang memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri dalam
mengkotstruksi pembelajarannya (pengetahuan dan keterampilan baru), dan
mengkulminassikannya dalam produk nyata.
5. Work-based learning
yaitu pendekatan
pembelajaran yang memperkenakan peserta didik menggunakan konteks tempat kerja
untuk mempelajari bahan ajar dan menggunakannya kembali di tempat kerja
6. Service learning
yaitu pendekatan
pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan
berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui tugas terstruktur dan kegiatan lainya
3.
Tenknik mengajar dengan menggunakan pendekatan
linear
Pendekatan
linear
pendekatan ini diurutkan mulai dari yang paling kompleks
yaitu murid sebelum mempelajari tingkat B harus mempelajari tingkat A terlebih
dahulu dan setelah mempelajari tingkatan B baru mempelajari tingkat C dan
seterusnya.
4.
Tenknik mengajar dengan menggunakan pendekatan
cumulative
pendekatan cumulative
dimana ilmu pengetahuan bukan merupakan
serentetan tingkatan berseri. Akan
tetapi murid belajar dari sesuatu yang dari sesuatu yang scopenya lebih besar
dengan tidak terlalu mementingkan tingkatan-tingkatan seperti pada pada linear.
5.
pendekatan experiental
ditekankan pada kreatifitas siswa yang
mempelajari musik, drama dan sbb.